Cairan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi tubuh. Apabila cairan tubuh kurang dari kebutuhan, maka perlu ditambahkan cairan dari luar tubuhPemberian cairan dari luar dapat dilakukan dengan bantuan perangkat infus dengan melalui pembuluh darah. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Pemberian cairan infus atau yang disebut dengan intravenous fluid biasanya di lakukan di pelayanan kesehatan dan biasanya dilakukan oleh perawat. Cairan infus tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol steril yang dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan infus mempunyai jenis yang beragam sesuai dengan kebutuhan tubuh, tujuan pemberian, dan ketersediaan cairan. Cairan infus terdiri dari cairan kristaloid dan koloid.
A.
Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid memiliki sifat efektif
dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu
yang singkat, dan berguna pada individu yang memerlukan cairan segera.
Terdapat tiga
jenis cairan kristaloid yaitu
1. Cairan hipotonik
Merupakan cairan infus yang tingkat kepekatan (osmolaritas)
lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan
serum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum. Hal ini menyebabkan
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, pasien
hiperglikemia dengan keto asidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tibacairan dari dalam pembuluh darah kesel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular danpeningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contoh dari cairan ini yaitu Saline NaCL 45 % dan Dextra 2.5%.
2. Cairan isotonik
Merupakan cairan infus yang osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yangmengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Risiko dari
penggunaan infus ini yaitu terjadinya overload (kelebihan cairan) , khususnya
padapenyakit gagal jantung (CHF) dan hipertensi. Contohnya yaitu Saline NaCl 0.9 % dan Ringer laktat (RL).
Cairan
saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui. Cairan ini
mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang, sebagaui koreksi terhadap ketidakseimbangan
elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
Ringer laktat
merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung kalsium, kalium, laktat,
natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat umumnya diberikan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera, atau
menjalani operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah
yang banyak. Selain itu, cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan
pemeliharan ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
3. Cairan hipertonik
Merupakan
cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, danmengurangi
edema (bengkak). Misalnya seperti dextrose 5%, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%
B.
Cairan Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler tubuh. Cairan ini dapat diberikan pada pasien yang menderita sakit kritis, pasien bedah, dan juga sebagai cairan resusitasi. Cairan keloid terdiri dari labumin, HES, Dextran, dan Gelatin.
Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein hewani. Salah satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan kurangnya volume darah yang disebabkan oleh kehilangan darah.
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki kadar albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi transplantasi hati, menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
Dekstran merupakan
jenis cairan koloid yang mengandung polimer glukosa. Dekstran dapat digunakan
untuk memulihkan kondisi kehilangan darah. Selain itu, dekstran juga digunakan
untuk mencegah terjadinya tromboemboli setelah operasi.